KEUNIKAN DESA TRUNYAN SEBAGAI DESA BALI AGA
Salah satu tujuan wisata yang terkenal di Bangli adalah Desa Trunyan. Desa ini merupakan salah satu Desa Bali Aga atau penduduk Bali asli yang terletak di pinggir danau batur. Tempat dari desa ini terisolir, sehingga pada jaman masuknya kerajaan Majapahit ke Bali desa ini tidak terjamah.
Trunyan berasal dari kata taru menyan yang berarti pohon kayu yang harum atau wangi. Hal yang paling unik dan menarik dari tempat ini yaitu tentang cara pemakaman dari orang yang telah meninggal, dimana jenasahnya hanya diletakkan pada tempat khusus yang disebut seme wayah. Di seme wayah banyak terdapat jenasah yang hanya diletakkan saja tanpa diakubur, namun tidak satu pun yang mengeluarkan bau busuk. Kok bisa ya..? Bau busuk dari jenasah di seme ini hilang, dikarenakan oleh pohon besar yang dinamakan taru menyan. Didalam seme wayah ini, kita dapat melihat banyak tengkorak manusia yang disusun dengan rapi. Namun demikian, tidak semua mayat dapat diletakkan di seme wayah ini lo...hanya orang yang meninggal secara wajar yang dapat diletakkan disini dan mayat anak kecil yang giginya telah tanggal.
Nah bagaimana kalau ada yang meninggal secara tidak wajar, seperti kecelakaan, bunuh diri, atau yang lainnya? Mayat yang cara meninggalnya seperti ini akan diletakkan di Seme Cerik. Menurut kepercayaan penduduk setempat, jika ada mayat yang semasa hidupnya banyak berbuat dosa dan diletakkan di Seme Wayah maka proses pembusukan mayatnya akan sangat lama begitu pula sebaliknya. Bagaimana, menarik bukan? Keunikan Desa Trunyan sebagai desa Bali Aga ini tidak dimiliki oleh desa Bali Aga lainnya.
No comments:
Post a Comment